Kamis, 13 November 2014

Kampung Coklat, Blitar










Mendengar kata cokelat, yang ada di benak pikiran tentunya berbagai macam olahan makanan ataupun camilan nan manis. Terlebih lagi, kata kampung. Tentunya, banyak ragam pilihan tentang coklat yang bisa dinikmati.

Di Blitar, terdapat sebuah pusat pengolahan buah yang sering disebut kakao ini. Lokasinya berada di Desa Plosorejo, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, sekitar 30 kilometer dari pusat Kota Blitar. Di lokasi ini, pengunjung disuguhi kebun kakao yang asri dengan beragam jenis kakao.

Adalah Kholid Mustofa, pemilik kebun serta pengolahan kakao di Desa Plosorejo, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar. Ia mempunyai kebun kakao yang disulapnya menjadi lokasi wisata sekaligus sebagai tempat edukasi dan diberi nama "Kampung Cokelat". 

Kholid mengatakan, ia memang sudah lama berkecimpung di dunia tanaman kakao, sekitar 10 tahun. Namun, menjadikan lokasi kebun kakao sebagai lokasi wisata edukasi, baru ia kembangkan.

"Cokelat itu mudah ditanam. Walaupun bukan tanaman asli Indonesia, tapi belum banyak yang memahami ilmu menanamnya," ucap Kholid.

Ia ingin mengenalkan tanaman ini serta cara menanam yang baik pada masyarakat. Untuk itu, ia tidak pelit memberikan ilmu bagaimana budidaya atau cara menanam tanaman kakao atau yang akrab disebut cokelat. Bukan hanya pada petani, tapi juga pada anak-anak.

Kholid mengatakan, sebenarnya tidak sulit untuk menanam tanaman kakao. Ilmu mempelajarinya juga tidak sulit. Awalnya, bibit kakao ditanam di media tanam dan dalam hitungan hari, bibit bisa tumbuh.

Bibit itu bisa dipindah ke dalam pot jika usianya sudah 4-6 bulan. Dan, selama perkembangannya, dalam waktu dua tahun sudah bisa berbuah. Bahkan, tanaman itu bisa terus berbuah sampai 25 tahun. 

"Asal sering dipangkas untuk menjaga kelembapan udaranya agar tidak tumbuh jamur, serta asupan nutrisinya juga terus dipantua. Masa produksi bisa sampai 25 tahun," tutur Kholid. 

Selain mengenalkan pada masyarakat umum ataupun pada pelajar, ia juga mengenalkan tentang perawatan serta ancaman serangan penyakit. Beberapa serangan itu seperti penggerek buah, busuk buah, yang sering menyerang di musim hujan.

Untuk itu, ia juga sering berbagi tips, guna menghindari serangan penyakit itu, di antaranya dengan memerhatikan kondisi air di sekitar tanaman. Jangan biarkan air menjadi mampet, sebab akan memicu tumbuhnya jamur, sehingga bisa berpengaruh pada tanaman.

Luas lahan yang Kholid kelola sebagai tempat wisata edukasi sekitar 1 hektare. Selain tempat persemaian atau area pembibitan, di tempat itu juga dilengkapi dengan area jemur kakao, area kebun, produksi olahan, "display" atau untuk memajang produk, serta tempat santai. 

"Kami terus benahi lokasi, agar tempat ini semakin nyaman jadi wisata edukasi. Kami rencananya memasang jaringan internet," ucap Kholid. Ia menamakan tempat yang ia kelola sebagai "Kampung Coklat". 

Berkunjung ke kampung cokelat tidak hanya disuguhi dengan pemandangan kebun cokelat yang sejuk. Para pengunjung bisa memanjakan mata dengan memancing ikan. Di areal kebun itu, pemilik sengaja membuat kolam kecil yang diisi ikan nila serta berbagai jenis ikan. 

Para pengunjung bisa sepuas hati memancing ikan dan diperbolehkan membawa ikan hasil tangkapannya. Ia memang tidak mematok biaya untuk memancing ikan, sebab ia ingin membuat para pengunjung lebih nyaman. 

Selain itu, para pengunjung bisa membuat cokelat dengan aneka ragam. Mereka bisa menghias sesuai dengan selera, bahkan bisa membawa pulang hasil kreasi mereka. 

"Itu sudah masuk dalam pelayanan yang diberikan. Jadi mereka bisa membawa pulang cokelat hasil kreasi mereka," ujar Kholid.

Mereka pun juga bisa dengan santai menikmati pemandangan alam. Di tempat itu, juga disediakan kafe dengan berbagai macam menu baik makanan atau pun minuman. Aneka minuman juga didominasi dengan cokelat. 

Kholid menyebut, para pengunjung yang ada di kampung cokelat beragam. Mulai dari taman kanak-kanak, pelajar sekolah menengah pertama, sampai sekolah menengah atas (SMA). Mereka bisa mengikuti program yang diberikan oleh manajemen sesuai dengan paket wisata. 

Mereka diajari tentang budidaya dan olahan tanaman kakao, melihat proses produksi cokelat, cara menghias cokelat, sampai mengenal bisnis coklat. Selain itu, mereka juga mendapatkan fasilitas minuman cokelat, bahkan diperbolehkan membawa pulang cokelat yang sudah mereka hias. 

Untuk tingkat TK, ia memberikan harga kunjungan atau paket Rp10 ribu per anak, tingkat SD/SMP paketnya Rp20 ribu per anak, paket SMA Rp30 ribu per anak, dan untuk paket wisata umum atau keluarga Rp50 ribu per orang. 

Berkunjung ke tempat ini, tidaklah sulit. Pengunjung bisa menggunakan kendaraan pribadi baik dari arah Kota Blitar ataupun Kabupaten Tulungagung. Menggunakan kendaraan umum juga bisa, tapi tidak sampai di lokasi kampung cokelat tersebut.

Pengunjung bisa melaju ke arah Desa Plosorejo, Kecamatan Kademangan, yang masuk wilayah Kabupaten Blitar bagian selatan. Lokasi tempatnya juga berada di tepi jalur utama, sehingga mudah ditemukan. 

Mengolah Cokelat

Kholid menyebut, mengolah cokelat memerlukan kejelian. Awalnya, biji kakao harus dipilih yang terbaik dengan kualitas yang bagus. Biji lalu dihancurkan menjadi bubuk dan mulai diolah. 

Untuk pengolahan pun, kata Kholid membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Bubuk cokelat diolah dengan mesin sampai sekitar enam jam, dicampur dengan berbagai bahan lain, seperti susu ataupun rasa yang diinginkan. 

Setelah selesai, cokelat yang telah diolah itu dicetak ditempatkan di ruang pendingin khusus, lalu dikeluarkan dari alat cetak. Setelah itu, cokelat dibungkus dengan kertas timah dan ditempatkan ruangan yang suhu udaranya juga dingin. Hal itu mencegah agar cokelat tidak meleleh.

Kholid mengatakan, dalam mengolah cokelat yang ia beri nama "Gusant", selalu melakukan inovasi berbagai rasa. Dengan selalu melakukan uji coba produk, ia ingin mencari varian dan rasa baru, sehingga pasar pun juga bisa berkembang.

Dalam sehari, Kholid menyebut, mampu memproduki olahan cokelat sampai sekitar 50 kilogram, atau sekitar 1,5 ton per bulan. Cokelat olahan itu dikirim ke berbagai daerah di Jatim ataupun luar, misalnya Sidoarjo, Gresik, Malang, serta berbagai daerah lainnya.

Ia berharap, produk yang ia kelola bisa lebih berkembang. Ia ingin mengembangkan usahanya, sehingga semakin bisa menciptakan lapangan kerja. Saat ini, ada sekitar 48 orang pekerja yang terlibat mulai dari mengurus kebun kakao, tempat pengolahan kakao, sampai pengolahan cokelat.

Ia juga berharap, dengan wisata edukasi ini, bisa lebih menarik minat masyarakat untuk bertanam kakao. Walaupun mempunyai lahan yang tidak terlalu luas, ia meyakinkan usaha ini prospeknya masih cukup bagus. Bukan hanya untuk kebutuhan dalam negeri, kakao juga merupakan salah satu komiditas ekspor. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar