Selasa, 24 Maret 2015

Penampakan 5 Komet Terdahsyat dalam 500 Tahun



Komet ISON tak sesuai harapan, gagal menjadi 'komet abad ini'. Bintang berekor yang diperkirakan bersinar cemerlang mengalahkan sinar Bulan pada malam hari, ternyata tercabik-cabik dan nyaris hancur sama sekali saat mendekati Matahari.

Namun, selalu ada komet yang spektakuker dari yang lain. Bahkan sejak berabad lalu. Menimbulkan banyak interpretasi.

Ini salah satunya: karena ditemukan 'planet nakal', para peramal kiamat menganggap sebuah komet bernama Elenin sebagai 'Nibiru' -- yang akan menghantam Bumi dan memusnahkan semua makhluk di dalamnya.

Namun, ramalan sejumlah orang terbukti gagal total. Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menyatakan, alih-alih menubruk Bumi, komet Elenin telah mati. Bahkan, sisa-sisa pecahannya tak akan kembali dalam waktu 12.000 tahun. Menjadi 'eks komet'.

Berikut 5 komet paling spektakuler yang muncul pada setiap abad mulai dari Abad ke-16 hingga Abad ke-20.

Komet Terbesar Abad ke-16, 1577

Komet ini melintas dekat Matahari dalam jarak 16,7 juta mil pada 27 Oktober 1577. Namun keberadaannya tak diketahui sampai 5 hari kemudian. Orang-orang di Peru melaporkan penampakan obyek sangat terang di langit. Mirip Bulan.

Lalu, beberapa hari kemudian, orang-orang di belahan dunia lain, di Jepang menyaksikan 'bintang berekor' yang terangnya mirip Bulan, dengan ekor putih yang membentang lebih dari 60 derajat.

Astronom terkenal Tycho Brahe pertama kali melihatnya saat komet tersebut tercermin di permukaan air kolam ikan di kebunnya pada 13 November. Cerahnya mirip Venus. Komet tersebut masih bersinar terang pada Desember sebelum akhirnya turun di bawah batas visibilitas mata telanjang pada 26 Januari 1578.

Komet Terbesar Abad-17: 1680

Astronom Jerman Gottfried Kirch menjadi orang pertama yang pernah menemukan komet dengan teleskop saat melihat lintang kemukus itu pada 14 November 1680 pada magnitude keempat.

Pada 2 Desember, benda langit itu sudah memiliki ekor 15 derajat dan telah mencapai magnitude kedua (seterang Polaris, Bintang Utara). Pada 18 Desember komet itu berada di perihelion, titik terdekat dengan matahari dalam, berjarak 28.000 mil dari permukaan Sang Surya.

Setidaknya satu laporan, dari Albany, New York, menunjukkan bahwa komet terlihat pada siang hari. Beberapa hari kemudian ia bisa dilihat saat malam hari langit senja dengan ekor membentang lurus ke atas dari kepala, 70 sampai 90 derajat.

Pada Januari 1681, ekornya mengecil jadi 55 derajat pada 23 Januari. Bisa dilihat dengan mata telanjang sampai awal Februari 1681.

Komet Terbesar Abad-18: 1744

Komet itu pertama kali terlihat pada 29 November 1743, ia makin cerah saat mendekati matahari  Banyak buku teks sering mengutip Philippe Loys de Cheseaux dari Lausanne, Swiss, sebagai penemu.

Pada pertengahan Januari 1744, komet tersebut memiliki ekor 7 derajat. Pada 1 Februari, nyalanya tersaingi Sirius (bintang paling terang di langit) dan menampilkan ekor melengkung, yang panjangnya 15 derajat. Pada 18 Februari, komet itu seterang Venus dan tampil dengan dua ekor.

Pada 27 Februari, ia membesar dengan puncaknya pada magnitude 7, bahkan dan dilaporkan terlihat pada siang hari, 12 derajat dari matahari.

Komet itu mencapai titik perihelion pada 1 Maret, pada jarak 20,5 juta mil dari Matahari. Pada 6 Maret, komet itu muncul di langit pagi, disertai 6 ekor yang bersinar terang. Bentuknya menyerupai kipas tangan Jepang.

Komet Terbesar Abad ke-19: 1882

Ini mungkin komet paling terang yang pernah terlihat. Anggota kelompok komet Kreutz Sungrazing. Awalnya, ia terlihat oleh sekelompok pelaut Italia di belahan bumi selatan pada 1 September. Komet itu bertambah cerah secara dramatis saat mendekati Matahari.

Pada 14 September, komet tanpa nama tersebut terlihat saat siang hari bolong. Saat mencapai titik perihelion pada 17 Desember, ia melintas dekat dengan Matahari pada jarak 264 ribu mil.

Pada hari itu, beberapa pengamat menggambarkannya pancaran keperakan komet lebih pucat dari semburat Matahari -- menunjukkan ia mencapai magnitude -15 dan -20. Keesokan harinya, pengamat di Cordoba , Argentina, digambarkan komet sebagai  "bintang api" di dekat matahari.

Inti komet lalu pecah menjadi setidaknya 4 bagian terpisah. Beberapa minggu kemudian, komet terlihat jelas di langit pagi, sebagai obyek besar berekor yang bersinar terang. Hingga kini, sejumlah sejarawan komet menjulukinya sebagai 'Super Comet'.

Komet Terbesar Abad ke-20: Ikeya-Seki, 1965

Ini adalah komet paling terang dari abad ke-20 , dan ditemukan lebih dari sebulan sebelum perihelion di langit pagi -- bergerak cepat menuju Matahari.

Seperti komet besar lainnya dari tahun 1843 dan 1882, Ikeya - Seki tergolong  Kreutz Sungrazer dan pada 21 Oktober, ia tersapu ke jarak 744.000 mil dari Matahari.

Komet itu kemudian terlihat sebagai objek yang terang, 2-3 derajat dari matahari. Saat langit cerah, komet bisa dilihat oleh penduduk bumi, dengan cara sederhana: dengan menghalangi sinar matahari dengan tangan mereka.

Dari Jepang, tanah air dari pengamat yang menemukannya, Ikeya-Seki digambarkan "10 kali lebih terang dari bulan purnama". Intinya kemudian diamati pecah menjadi dua atau tiga bagian.

Setelah itu, komet menjauh, mundur dari matahari. Kepalanya memudar dengan sangat cepat, jadi ramping, ekor bengkok.

Ada cerita menarik soal komet pada Abad ke-20. Pada tahun 1881, seorang astronom mengumumkan, berdasarkan analisa spektral, ekor komet mengandung gas mematikan yang dinamakan cyanogen -- mirip sianida.

Tak ada yang menggubrisnya kala itu, hingga muncul kabar bumi akan dilewati Komet Halley pada 1910. "Apakah dunia akan diselubungi gas mematikan?", judul itu yang muncul di halaman depan The New York Times dan koran lainnya. Panik pun melanda orang sejagat. Para ilmuwan terkemuka tampil, menjelaskan, tak ada yang perlu dikhawatirkan. Imbauan itu terbukti benar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar