Kurikulum 2013 merupakan suatu kurikulum yang dibentuk untuk mempersiapkan lahirnya generasi emas bangsa Indonesia,dengan sistem dimana siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar (KBM)
Aspek
Pengetahuan
Pengetahuan dalam kurikulum 2013 sama seperti kurikulum-kurikulum
sebelumnya, yaitu penekanan pada tingkat pemahaman siswa dalam
pelajaran. Nilai dari aspek pengetahuan bisa didapat dari Ulangan
Harian, Ujian Tengah/Akhir Semester, dan Ujian Kenaikan Kelas. Pada
kurikulum 2013, Pengetahuan bukan aspek utama seperti pada
kurikulum-kurikulum sebelumnya.
Keterampilan
Keterampilan merupakan aspek baru dalam kurikulum di Indonesia. Keterampilan merupakan penekanan padaskill atau
kemampuan. misalnya adalah kemampuan untuk mengemukakan pendapat,
berdiksusi/bermusyawarah, membuat laporan, serta berpresentasi. Aspek
Keterampilan merupakan salah satu aspek penting karena hanya dengan
pengetahuan, siswa tidak dapat menyalurkan pengetahuan tersebut sehingga
hanya menjadi teori semata.
Sikap
Aspek sikap merupakan aspek yang agak sulit untuk dinilai. Sikap
meliputi sopan santun, adab dalam belajar, absensi, sosial, dan agama.
Diperlukan kerja sama yang baik antara orang tua,guru mata pelajaran,
wali kelas dan guru BK agar penilaian aspek ini lebih optimal. Agar
penilaian sikap dapat diterapkan setiap tatap muka, guru harus
menyiapkan lembar pengamatan penilaian sikap.
Mata Pelajaran
Sekolah Tingkat Dasar
- Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
- Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
- Matematika
- Bahasa Indonesia
- Ilmu Pengetahuan Alam
- Ilmu Pengetahuan Sosial
- Seni Budaya dan Prakarya (Termasuk Muatan lokal)
- Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Termasuk Muatan lokal)
- Bahasa Daerah (Sesuai dengan kebijakan sekolah masing-masing)
Semua mata pelajaran di Sekolah Dasar disajikan secara terpadu integratif.
Sekolah Tingkat Menengah Pertama
- Kelompok A (Wajib)
- Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
- Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
- Matematika
- Bahasa Indonesia
- Ilmu Pengetahuan Alam
- Ilmu Pengetahuan Sosial
- Bahasa Inggris
- Kelompok B (Wajib)
- Seni Budaya (Rupa/Musik/Tari/Teater)
- Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
- Prakarya dan Kewirausahaan (Rekayasa/Kerajinan/Budidaya/Pengolahan)
- Bahasa Daerah (Sesuai dengan kebijakan sekolah masing-masing)
Sekolah Tingkat Menengah Atas
- Kelompok A (Wajib)
- Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
- Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
- Matematika
- Bahasa Indonesia
- Sejarah
- Sejarah Indonesia
- Bahasa Inggris
- Kelompok B (Wajib)
- Seni Budaya (Rupa/Musik/Tari/Teater)
- Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
- Prakarya dan Kewirausahaan (Rekayasa/Kerajinan/Budidaya/Pengolahan)
Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 2013
Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 2013
Padang
(ANTARA News) - Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud)
Musliar Kasim memaparkan keunggulan kurikulum 2013 di hadapan ratusan
mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) dan para dosen
Universitas Bung Hatta Padang, Sumatera Barat.
Pemaparan berlangsung dalam seminar nasional bertema "Menyongsong Kurikulum 2013 mewujudkan Indonesia Cerdas 2020" yang diselenggarakan mahasiswa FKIP UBH di Kampus Ulak Karang Padang, Sabtu.
"Keinginan untuk memaparkan dan menjelaskan tentang kurikulum 2013 sudah lama, karena dalam perumusannya melibatkan sekitar 500 pakar dan ahli di bidangnya," ujarnya.
Menurut dia, upaya penyempurnaan kurikulum 2013 karena melihat hasil tren pelajaran matematika internasional, menunjukkan hasil dari matematika, bahasa dan sains anak-anak Indonesia nilainya rendah.
Peserta didik dari Indonesia, hanya mampu menjawab soal-soal yang level kategori rendah hingga menengah saja, artinya bisa mencapai `intermediate`, sedangkan anak-anak dari berbagai negara seperti China, Korea dan Jepang termasuk Singapura, sudah dapat menjawab soal yang sulit dan level lanjutan.
Ia mengatakan, jika dilihat data pada nilai matematika anak didik pada 2007 lebih tinggi dibandingkan pada 2011 --hanya mampu menjawab soal-soal hafalan.
Oleh karena itu, tiga mata pelajaran (bahasa, matematika dan sejarah) untuk tingkat SMA menjadi wajib dan posisi terdepan dibandingkan yang lainnya.
Menurut dia, mencetak generasi yang berkualitas dan berdaya saing dengan kompetisi sesuai tuntutan dunia abad 2021, maka perlu dibentuk karakter dan keilmuan sejak sekarang.
Seperti apa generasi yang diinginkan dunia ke depan, katanya, perlu dididik dari sekarang agar dapat digunakan oleh anak-anak yang tamat 20-30 tahun ke depan.
"Kita ingin mewujudkan bahwa kompetensi yang dibutuhkan masyarakat abad 21, keseimbangan antara `soft skills dan hard skills`. Maka dalam kurikulum 2013 memberikan ruang agar anak dapat menguasai tiga kompetensi sekaligus, meliputi sikap, keterampilan dan pengetahuan," katanya.
Alasan lain untuk penyempurnaan kurikulum tersebut, tentu melalui penerapan kurikulum 2013 supaya dapat membangun kecintaan peserta didik terhadap negara sendiri.
Musliar menyampaikan, dalam kurikulum 2013 hasil tidak penting lagi, tapi bagaimana proses yang dilakukan peserta didik dimengerti dan dipahaminya.
Justru itu, ke depan menghitung bukan suatu hal yang penting dalam mata pelajaran matematika, tapi bagaimana anak didik memformulasikan, artinya anak yang akan mencari tahu dan bukan ditunjukkan seperti selama ini.
"Belajar untuk mata pelajaran matematika khusus untuk tingkat dasar akan lebih konkret lagi, seperti menghitung dengan menggunakan lidi dan jenis lainnya. Selama ini yang diketahui tentang matematika hanya menghitung dan ke depan bagaimana merumuskan," katanya.
Jadi, pembelajaran yang cocok bisa merumuskan masalah, menanyakan dan bukan hanya menyelesaikan masalah dan menjawab semata, karena kalau hafalan akan mudah lupa.
"Yang penting dalam kurikulum 2013 bukan jawabnya, tapi prosesnya seperti apa peserta didik menyelesaikan persoalan itu, biar pun tidak benar, tapi prosesnya benar-benar berjalan," tegasnya.
Selain itu, tambah dia, metode pembelajaran ke depan menghindari pengerjaan yang mekanistis, tetapi lebih pada analitikal sehingga tidak seperti pekerjaan sehari-hari.
Pemaparan berlangsung dalam seminar nasional bertema "Menyongsong Kurikulum 2013 mewujudkan Indonesia Cerdas 2020" yang diselenggarakan mahasiswa FKIP UBH di Kampus Ulak Karang Padang, Sabtu.
"Keinginan untuk memaparkan dan menjelaskan tentang kurikulum 2013 sudah lama, karena dalam perumusannya melibatkan sekitar 500 pakar dan ahli di bidangnya," ujarnya.
Menurut dia, upaya penyempurnaan kurikulum 2013 karena melihat hasil tren pelajaran matematika internasional, menunjukkan hasil dari matematika, bahasa dan sains anak-anak Indonesia nilainya rendah.
Peserta didik dari Indonesia, hanya mampu menjawab soal-soal yang level kategori rendah hingga menengah saja, artinya bisa mencapai `intermediate`, sedangkan anak-anak dari berbagai negara seperti China, Korea dan Jepang termasuk Singapura, sudah dapat menjawab soal yang sulit dan level lanjutan.
Ia mengatakan, jika dilihat data pada nilai matematika anak didik pada 2007 lebih tinggi dibandingkan pada 2011 --hanya mampu menjawab soal-soal hafalan.
Oleh karena itu, tiga mata pelajaran (bahasa, matematika dan sejarah) untuk tingkat SMA menjadi wajib dan posisi terdepan dibandingkan yang lainnya.
Menurut dia, mencetak generasi yang berkualitas dan berdaya saing dengan kompetisi sesuai tuntutan dunia abad 2021, maka perlu dibentuk karakter dan keilmuan sejak sekarang.
Seperti apa generasi yang diinginkan dunia ke depan, katanya, perlu dididik dari sekarang agar dapat digunakan oleh anak-anak yang tamat 20-30 tahun ke depan.
"Kita ingin mewujudkan bahwa kompetensi yang dibutuhkan masyarakat abad 21, keseimbangan antara `soft skills dan hard skills`. Maka dalam kurikulum 2013 memberikan ruang agar anak dapat menguasai tiga kompetensi sekaligus, meliputi sikap, keterampilan dan pengetahuan," katanya.
Alasan lain untuk penyempurnaan kurikulum tersebut, tentu melalui penerapan kurikulum 2013 supaya dapat membangun kecintaan peserta didik terhadap negara sendiri.
Musliar menyampaikan, dalam kurikulum 2013 hasil tidak penting lagi, tapi bagaimana proses yang dilakukan peserta didik dimengerti dan dipahaminya.
Justru itu, ke depan menghitung bukan suatu hal yang penting dalam mata pelajaran matematika, tapi bagaimana anak didik memformulasikan, artinya anak yang akan mencari tahu dan bukan ditunjukkan seperti selama ini.
"Belajar untuk mata pelajaran matematika khusus untuk tingkat dasar akan lebih konkret lagi, seperti menghitung dengan menggunakan lidi dan jenis lainnya. Selama ini yang diketahui tentang matematika hanya menghitung dan ke depan bagaimana merumuskan," katanya.
Jadi, pembelajaran yang cocok bisa merumuskan masalah, menanyakan dan bukan hanya menyelesaikan masalah dan menjawab semata, karena kalau hafalan akan mudah lupa.
"Yang penting dalam kurikulum 2013 bukan jawabnya, tapi prosesnya seperti apa peserta didik menyelesaikan persoalan itu, biar pun tidak benar, tapi prosesnya benar-benar berjalan," tegasnya.
Selain itu, tambah dia, metode pembelajaran ke depan menghindari pengerjaan yang mekanistis, tetapi lebih pada analitikal sehingga tidak seperti pekerjaan sehari-hari.
Kekurangan Kurikulum 2013
1. Kekurangan.
Kekurangan-kekurangan yang ada pada kurikulum 2013 ialah sebagai berikut :
Ø Kurikulum
2013 bertolak belakangn dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
menegenai Sistem Pendidikan Nasional dikarenakan penekanan pengembangan
kurikulum itu hanya berpatokan pada orientasi pragmatis. Selain itu
juga , kurikulum 2013 tidak dilandaskan pada evaluasi dari pelaksanaan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 sehingga pada tataran
pelaksanaannya dapat membingungkan guru itu sendiri beserta yang
terlibat di dunia pendidikan.
Ø Guru
juga tidak pernah diajak/dilibatkan secara langsung dalam proses
pengembangan pada kurikulum 2013 . Pemerintah melihat seakan-akan guru
dan siswa itu memilki kapasitas yang sama antara yang satu dengan yang
lainnya.
Ø Tidak
adanya keserasian antara orientasi proses pembelajaran serta hasil
dalam kurikulum 2013. Keseimbangan itu sulit untuk capai
dikarenakan kebijakan ujian nasional (UN) masih tetap diberlakukan. UN
hanya bisa mendorong orientasi pendidikan tergantung pada hasil
semata dan tanpa sama sekali memperhatikan proses pembelajaran yang
berlangsung. Hal ini sanagat berdampak pada tidak dianggap penting
untuk mata pelajaran yang tidak diujikan pada UN. Padahal kita tahu,
mata pelajaran yang tidak di-UN-kan juga memberikan kontribusi yang
sanagat besar untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang ingin dicapai..
Ø Pemerintah
mengintegrasikan muatan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
serta Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia bagi jenjang pendidikan tingkat dasar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar